Rabu, 11 Juni 2014

ZUHUD MASA KINI,,,,,?

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan).

Banyak orang terpesona dengan orang yang katanya zuhud. Hidup alakadarnya bahkan cenderung miskin,pakaian hampir bisa dibilang compang-camping, jarang pakai sandal,makanan sangat dijaga bahkan cenderung vegetarian, hidup di hutan atau menjauh dari hiruk pikuk duniawi, kesehariannya penuh dengan ibadah mahdloh vertikal kepada Alloh SWT, dan ucapan selalu dihiasi dengan dzikir kepada Alloh SWT. Benarkah demikian?

Mudah-mudahan demikian. Coba bandingkan dengan orang ini : Punya rumah megah, rumah mewah, perlente, tak pernah lepas dari gadgat, jarang sekali menyentuh tanah, makan jarang di rumah, dan hari-harinya penuh dengan rutinitas pekerjaan. Layakkah mereka mendapat predikat zuhud?

Rasanya susah. 

Tapi coba tanya, benarkah si miskin yang sesuai kriteria di atas hatinya ikhlas menjalani hidup sesuai dengan yang ditaqdirkan Alloh SWT? Ataukah hanya keterpaksaan yang dirasanya, karena tidak mampu berbuat apa-apa lagi? Atau jangan-jangan dia sangat ingin banyak kekayaan? Sungguh masih misteri karena dangkalnya hati tak dapat diselami.

Sebaliknya, benarkah si kaya otaknya hanya diisi masalah duniawi? Apakah mustahil orang yang bergelimang harta hatinya selalu lupa kepada Alloh Sang Pencipta? Apakah mustahil badan di lingkungan bisnis tapi hati di mesjid (umpamanya)? Sungguh masih mistri, karena dalamnya lautan tak sedalam hati manusia.

Jadi layakkah kita menghukumi orang miskin sebagai ahli zuhud dan orang kaya mustahil zuhud? 

Kembali ke hadis diatas, bahwa orang zuhud adalah orang yang selalu mengingat Alloh dimanapun berada, juga hatinya tidak terikat sama sekali terhadap haliyah duniawi, walaupun di lingkungan haliyah dunia... dalam arti ZUHUD TIDAK HARUS COMPANG-CAMPING.

wallohu a'lam bishshowab..






PIALA DUNIA SEPAK BOLA TAK BERPENGARUH DI INDONESIA

 


Uporia Piala Dunia 2014 di Brasil saat ini sangat terasa diberbagai penjuru dunia.Dari mulai maniak sepakbola sampai yang tidak suka sepakbolapun begitu antusias menyambut hari-H piala dunia ini. Perekonomian dunia pun ikut menggeliat dengan adanya Piala Dunia ini.

 Namun kondisi di Indonesia agak berbeda dengan negara lain. Gaung piala dunia terasa kalah pamor dengan hiruk pikuk politik menjelang pemilihan Presiden ke-6. Dari mulai politisi, pengamat politik, ekonom, dosen, artis, bahkan rakyat yang tidak tau politik pun sibuk memperbincangkan calon pemimpin negeri ini. 

Genderang perang pilpres telah dimulai, bahkan jauh sebelum kedua pasang capres-cawapres mendaftarkan diri ke KPU. Tidak tanggung-tangung, kampanye hitam sangat menggoda untuk dilakukan. Karena tanpa mengetahui kejelekan lawan akan sulit rasanya memenangkan pilpres ini, walaupun tak jarang disangkalnya.

 Yang palig lucu adalah ketika yang bertarung justru bukan capres-cawapresnya, melainkan para pendukungnya. Salahsatu pendukung fanatik capres-cawapres adalah stasiun televisi. Media elektronik ini sibuk memperbaiki citra capres-cawapres dukungannya, sekaligus sibuk menjatuhkan citra lawannya. Tiap stasiun televisi menampilkan berita-berita yang jauh dari netralisme dan kode etik jurnalistik. Dan yang lebih aneh lagi KPU dan KPI seakan berpangku tangan melihat fenomena ini. Satu hal yang dikhawatirkan adalah terjadinya kegaduhan sosial akibat dari kegaduhan pilitik ini.

 Terakhir, nikmatilah uporia pilpres dalam hidangan pildun (piala dunia) agar urat-urat yang suda kejang lentur kembali. HIDUP NDONESIA.....HIDUP SEPAK BOLA. APA KABAR SEPAK BOLA INDONESIA...?

Rihlah dan Tasyakur (Tour de Pangandaran) Pondok Pesantren Miftahul Huda


  

Hari-hari yang melelahkan telah dilalui seluruh santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya. Rangkaian akhir ujian sementer genap tingkat Ibtida dan Tsanawi telah selesai.

Sebagai bentuk luapan kegembiraan seluruh elemen santri, Ponpes Miftahul Huda mengadakan sebuah acara tasyakur yang dikemas dalam bentuk "Rihlah dan Tasyakur". Rihlah sebagai pelepas penat dan penambah semangat belajar dikemudian hari (terutama menjelang Diklat Ramadhan), sedangkan Tasyakur sebagai bentuk syukur atas suksesnya belajar di kelas selama satu tahun.

Pada Rihlah dan Tasyakur kali ini, seluruh santri, keluarga, dewa kiayi, dan sebagian alumnni beserta santrinya ikut memeriahkan acara ini. Dimulai dengan konvoi 40 bus dan puluhan mobil pengiring, yang sanggup membelalakan tiap pasang mata yang dilalui. Tak heran konvoi ini membuat decak kagum tiap orang yang melihat.

Sampai di lokasi acara (pantai Pangandaran) seluruh peserta istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disediakan panitia. Tak sampai satu jam setelah istirahat, seluruh santri diberi kebebasan untuk melakukan tadabur alam di sekitar pantai dan cagar alam sampai adzan asrar. Tak pelak seluruh santri merasakan kepuasan setelah menikmati keindahan ciptaan Alloh SWT dengan gayanya masing-masing, tapi tetap dalam koridor-koridor yang tidak keluar dari tatakrama kesantrian.


Selepas berjamaah asar, panitia mengadakan doorprice bagi seluruh santri yang beruntung. Deselingi dengan kreasi seni santri, acara ini sukses digelar, dan jutaan rupiah beserta aneka barang diboyong oleh santri yang beruntung.

Rangkaian acara ini dilanjutkan dengan tausyiah singkat tentang kepesanrenan, dunia Islam, dan kepemimpinan Pemerintah oleh Almukarom KH.Adul Aziz Afandi. Setelah itu ditutup dengan makan bersama Wali kelas masing-masing.

Tibalah saatnya untuk pulang. selepas berjamaah magrib, seluruh peserta Rihlah dan Tasyakur pulang ke komplek pesantren dengan hati gembira, puas, dan tumbuhnya semangat baru dalam belajar.

SUKSES RIHLAH DAN TASYAKUR........

Kamis, 31 Oktober 2013

Kebesaran Pondok Pesantren Miftahul Huda


Sebagai lembaga besar,Pondok Pesantren Miftahul Huda terus mengibarkan sayap ke segala penjuru negeri. Ribuan alumni tersebar di seluruh kabupaten di Jawa Barat. Bahkan tidak hanya itu, alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda juga tersebar di Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Batam, Bangka Belitung, Lampung, Palembang, Jambi, Riau, Mandailing Natal, Medan, dan Aceh.Seluruh alumni Miftahul Huda terikat dalam sebuah wadah besar yang bernama HAMIDA (Himpunan Alumni Miftahul Huda).  

Selain itu HAMIDA juga beranak pinah membentuk organisasi turunan yang terdiri atas IMG (Imamal Muttaqin Generation). IMG terdiri atas alumni pondok Pesantren Miftahul Huda yang masih muda, yang masih segar, dan masih tinggi daya juangnya. IMG aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungan kepesantrenan dan lingkungan masyarakat di daerahnya masing-masing.

Organisasi turunan dari HAMIDA yang kedua adalah HAWAMIDA (Himpunan Alumni Wanita Miftahul Huda). HAWAMIDA terdiri atas istri-istri alumni Mifathul Huda ataupun seluruh alumni wanita Miftahul Huda. Mereka siap membantu seluruh kegiatan yang diadakan pesantren, membantu suami dalam menyebarkan ilmu di masyarakat bahkan menjadi leader di llingkungannya.

Dalam rangka mempererat silaturahmi antara alumni dengan pesantren Miftahul Huda, tiap bulan diadakan pengajian bulanan yang biasa diadakan setiap hari Jum'at minggu ke-2 tiap bulan Masehi. Selain itu, pesantren juga selalu mengadakan kegiatan rutin tahunan yang berupa Safari Maulid, dan Dakwah & Rihlah Ilmiah yang biasa diadakan di daerah alumni terpilih.

Selain itu juga tiap tahun diadakan REUNI AKBAR yang dikemas dalam sebuah acara Muharaman (1 Muharam) berupa tablig akbar, riadloh akbar, dan Prosesi Wisuda santri tingkat Ma'hadul 'Aly. Tidak kurang dari 20.000 orang alumni datang berbondong-bondong untuk bersilaturahmi dengan segenap guru di pesantren. Selain itu acara REUNI juga sering dijadikan ajang temu kangen sesama alumni, juga dijadikan sebagai ajang kampanye pesantren kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, karena alumni tidak datang sendiri melainkan dibarengi oleh muridnya dan masyarakatnya.Diharapkan dengan adanya acara ini masyarakat tertarik untuk menyimpan anaknya untuk belajar di pesantren.

Selain berkontribusi terhadap kemajuan pesantren dan semakin solidnyna organisasi HAMIDA, HAWAMIDA dan IMG, REUNI AKBAR juga berkontribusi terhadap geliat ekonomi masyarakat. Puluhan stan dagang dan bazar ikut memeriahkan acara Muharaman ini. Acara akabar ni juga bisa menjadi destinasi wisata bagi daerah Tasikmalaya dan sekitarnya.

Minggu, 22 September 2013

NEGARA AGRARIS NON AGRARIS

 
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam, betapa tidak, hamparan tanah nan subur membentang dari mulai Sabang sampai Merauke. Namun masih sedikit dari kita yang menyadari akan kekayaan alam tersebut. Sungguh suatu ironis. Di tengah-tengah alam yang begitu kaya ini masih terdengar jeritan orang kelaparan, kurang gizi, dsb.

Namun apakah kita harus menyalahkan seseorang, pemerintah, atau sistem pendidikan yang dinilai masih carut-marut?

Tungguh sangat tidak elok jika kita menyalahkan orang lain. Coba kita telaah sebuah ungkapan dari seorang ulama besar Tasikmalaya yakni KH. Khoer Affandi (Uwa Ajengan): "LAIN TANAH ANU ANGAR, TAPI KOKOD SIA ANU ANGAR" (Bukan tanah yang tandus, tapi tangan kamu yang tandus/tidak kreatif).

Jika kita telaah, sungguh ini merupakan sebuah ungkapan yang sangat cerdas. Dimana dalam realita kehidupan saat ini banyak orang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan alasan tidak punya pekerjaan. Padahal jika kita perhatikan, masih banyak tanah disekelilingnya yang dibiarkan terbengkalai tak terurus. Jika mengacu pada ungkapan Uwa Ajengan di atas, maka tidak akan ada cerita kelaparan di Indonesia. Sungguh suatu yang mesti kita pikirkan.

Yang jadi pertanyaan adalah mengapa bangsa yang hidup di negara agraris ini justru tidak menyukai bidang pertanian dan perkebunan sebagai matapencahariannya. Jawabannya sudah jelas. Hasil dari bertani dan berkebun tidak sebanding dengan pengeluaran rutin sehari-hari. Mengapa demikian ? Jelas pula jawabannya........ karena petani merupakan pihak yang selalu dirugikan dalam suasana apapun. Lebih besar pasaka daripada tiang, penghasilan dari bertani tidak sebanding dengan biaya perawatan, apalagi jika dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari yang terasa mencekit leher.

Satu kata yang mesti terucap dan terpenuhi adalah keberpihakan pemerintah terhadap kearian lokal agar negara agraris tidak tinggal kenangan......